Sekolah-sekolah menjadi kering di tengah banjir darah
yang menyertai sebuah peradaban jahiliyah
Mereka berada di sebuah lorong gelap
Tanpa bayangan, tanpa cermin tempat melihat dosa-dosa
Mereka butuh cahaya agar orang-orang
Melihat kuku mereka yang hitam
Dan taring-taring mengeluarkan darah
Mereka menari di bawah bahaya sekolah
Keringat bercucuran dan berubah banjir
Menggulung peradaban sampai ke akar-akarnya
Pagi hari mereka mandi
Dari tetes air mata
Siangnya mereka tertawa-tawa
Dan sore hari menyiapkan pesta lagi
Lhoksemawe, Agustus 2003
Puisi Ayi Jufridar
Ditulis kembali di Komplek Kehakiman, PLGD-Rawamangun, JKTM
Dimutakhirkan di Komplek Walikota Jakarta Selatan,
Lahan eks pemakaman Muslim blok P.
No comments:
Post a Comment