Tuesday, October 28, 2008

Api Dilawan Air

Sosok dan Pemikiran Munir

Munir Said Thalib. Kabar kepergiannya yang sangat mendadak, di hari Selasa, 7 September 2004. Kabar itu menghantam dan meluluhlantakkan hati segenap orang yang mencintai dan mengaguminya. Berita duka itu segera tersiar ke segala penjuru negeri. Munir telah meninggal dunia dalam penerbangan pesawat Garuda GA-974 menuju Amsterdam ! Padahal tanggal 6 September malam, Munir diantar oleh istri tercinta, Suciwati, serta beberapa rekannya menuju Bandara Soekarno-Hatta. Rencananya, ia akan menimba ilmu di Belanda. Menurut pengakuannya, di sela-sela acara perpisahan yang diadakan rekan-rekannya, segala ilmu silat yang dipakainya selama bertahun-tahun sudah habis. Oleh karena itu, ia ingin mengasah kembali kemampuannya.

Syair Keadaan
karya Widji Thukul

Kalimat-kalimat kotor
menghambur dalam gelap
membawa bau minuman
keringat tengik
dan kesumpekan

ibu-ibu megap-megap
mengurus dapur suami dan anaknya
harga barang-barang kebutuhan makin tinggi
kaum penggangguran sambung-menyambung
berbaris setiap hari
dan parpol-parpol
sibuk sendiri
mengurus entah apa

leleran keringat dan kacaunya pikiran
keputusasaan dan harapan
yang dipompakan iklan-iklan
siang-malam membikin tegang

dan di sana kaum tani
dipaksakan menyerahkan tanahnya
dan di sana pabrik-pabrik memecat buruhnya,
memanggil tentara karena ada aksi mogok di depan kantornya
dan parpol-parpol sibuk sendiri
mengurus entah apa

hujan turun
got-got meluap
banjir datang
bingunglah rakyat

gunung-gunung digunduli
hutan-hutan dibabati
cukong-cukong kongkalikong
para birokrat mengantungi uang komisi
karena memberi lisensi
dan para pemilik modal besar
terus mengaduk-aduk
menguras menghisap isi perut bumi
dan parpol-parpol

Hallo !
Selamat Pagi !
hujan turun
got-got meluap banjir datang
menenggelamkan rumah rakyat
dan parpol-parpol

Hallo!
Kita nanti ketemu
dalam Pemilu
lima tahun lagi.

"Syair Keadaan" adalah potret buram dan sekaligus ironis dari sebuah negara yang mengedepankan pembangunan di segala bidang sebagai tujuan utamanya. Ternyata, dari hari ke hari rakyat semakin tidak dapat menanggung beban ekonomi yang semakin berat. Tampaknya masih relevan dengan kondisi saat ini dan kondisi menghadapi Pemilu 2009.

Widji Thukul, seorang penyair dari Solo, yang pada tahun 1991 memperoleh penghargaan Werthein Encourage Award dan pada tahun 2002 dinobatkan sebagai peraih Yap Thien Award. Sebelum dinyatakan hilang sejak Mei 1998.



Sejarah yang diharapkan Munir adalah sejarah yang dapat menunjukan kepada masyarakat tatanan hidup bersama yang lebih baik. Pernyataan itu direfleksikan Munir dalam paragraf sebagai berikut,

Adalah tujuan utama mempersoalkan tindakan anti kekerasan itu justru dalam kerangka menghormati hakikat manusia sebagai sumber kehidupan bangsa. Kuat-tidaknya satu proses penghormatan terhadap kemanusiaan sekaligus menjadi alat ukur bagi apakah telah berkembang suatu kemampuan bangsa untuk tumbuh dalam rangka demokrasi dalam peradaban modern. Ketertinggalan upaya menghormati kemanusiaan menjadikan tidak berharganya manusia sebagai manusia, esensi rakyat sebagai yang merdeka, sehingga praktek itu kemudian dipandang bertentangan dengan upaya menyelamatkan umat manusia dari kehancurannya.

Sehingga sejarah harus dilihat pula sebagai pergumulan umat manusia dalam pertarungan antara memperjuangkan kemanusiaan melawan dominasi kekuasaan yang lalim dan menghalalkan segala cara.

Hari Sumpah Pemuda, 28 Oktober 2008.

Api dilawan air, sosok dan pemikiran Munir.
Pustaka LP3ES, 2007
ISBN 978-979-3330-72-3