Bulan kaulah yang setia menampung segala duka
Duka ibu, duka ayah, duka sanak saudara
Kau kejar aku pulang sekolah, bersama debu yang bercanda
Gaun merah putih yang berpeluh, bayangan
Diketeduhan pohon Petai Cina
Gaun sekolahku satu-satunya tersobek diujungnya
Bercak darah pertanda noda di hati yang tak pernah sirna
Bulan, jangan menangis,
Bawalah aku kemana saja kau suka
Bumi pertiwi yang ngeri,
kau telah membungkam nyeri yang luka
Tak puas-puasnya kupandang bulan,
meski awan sekali-kali menelannya
Perih mata dan hati, masih adakah tempat mengadu
Di gubuk terkutuk mereka merengut-rengut daging dan tulang.
Keperkasaan dilampiaskan pada tubuh yang terkulai diawal senja
Meski palu hakim - hakim terhormat
Telah menyeret kegagahan mereka ke lobang gelap
Adakah yang dapat membuat tangga bertingkat
Untuk kakiku meninggalkan tanah Acehku,
yang tak lagi bersahabat.
Sunan Giri, Rawamangun,
11 Agustus 2003
Puisi Syarifah Qomariah
Ditulis kembali di Komplek Kehakiman, PLGD-Rawamangun, JKTM
Dimutakhirkan di Komplek Walikota Jakarta Selatan,
Lahan eks pemakaman Muslim blok P
No comments:
Post a Comment