Tuesday, May 06, 2008

MELINTASI KURUN

MELINTASI KURUN: 1991


Bagai perahu, kita melintasi selat itu dengan kecut
Mengarungi laut air mata luka di jalan raya,
Cinta yang koyak di hati kita

Dengan zig-zag,
bis bergerak mengatasi rasa takut melewati bayangan maut.
Tubuh siapa berdarah malam-malam di jalan raya?

Kita memandang gugup setiap cerita
dihadapan wajah-wajah yang menyebarkan
aroma maut.

Itu bukan malaikat, itu bukan malaikat, katamu
ia tidak membawa bedil untuk mencabut nyawa

Puisi Mustafa Ismail


MELINTASI KURUN: 1992

Siapakah malam-malam mengendap-endap di pinggir pantai.
Mereka bukan Nuh yang sedang bikin perahu.
Bukan Nuh


Sebuah liang, seram dan anyir, menimbun cinta dalam-dalam
Mereka membikin surga di tepi pantai,
Tempat menyimpan rasa sakit.
Juga keperihan.

Besok pagi, atau pada pagi-pagi yang lain,
Kita membuka-buka koran,yang basah kuyup oleh airmata
: masih ada yang hilang. Hilang !

Puisi Mustafa Ismail


MELINTASI KURUN: 1998

Kita ikuti sebuah upacara, di Agustus yang lain
tetapi siapakah yang merusak kebahagiaan
: menebar beling di jalanan,
membuat langit menyala, sejumlah orang terkapar
ada yang tak ingin kita kembali pulang.
Membangun rumah yang terbakar.

Lalu kita menyaksikan pesta-pesta yang penuh pura-
pura di kampung-kampung.
Membuat sungai kembali keruh dan berdarah.

Sawangan, 13 Oktober 2002

Puisi Mustafa Ismail



MELINTASI KURUN: 2002


Kita menyaksikan sepetak kebun yang dicangkul
untuk menanam cinta,
katamu dengan wajah memancarkan bulan empat belas,
mengembalikan malam-malam yang sakit,
juga siang yang tersungkur

Kita mulai satu perjalanan, didepan teungku kadi,
kau mengucapkan cinta dan aku mengucapkan setia
mulai hari ini seia-sekata, katamu,
dan aku mengangguk setuju,
ditengah riuh bahagia orang datang

Kita menyimpan potret lama, yang berdebu
juga berdarah di dinding.
sebuah jalan baru membentang.
Kita berpegangan tangan,
Mencangkul kebun, menyiram taman

Jangan panggil aku luka,
Sebut aku cinta, katamu
Sambil melambaikan selendang ke udara

Sawangan, 15 Juli 2003


Puisi Mustafa Ismail


Ditulis kembali di Komplek Kehakiman, PLGD-Rawamangun,JKTM
Dimutakhirkan di Komplek Walikota Jakarta Selatan,
Lahan eks pemakaman Muslim blok P.

No comments: