Wednesday, November 19, 2008

Menyoal Kepemimpinan paska 2009

Belajar dari Fenomena Obama
The Habibie Center, 18 November 2008

MODERASI.

Ahmad Watik Pratiknya, Direktur Eksekutif The Habibie Center.
Krisis kepemimpinan sejak reformasi, membangun sistem yang mapan. Hasil survei berbagai indikator tidak ada peluang munculnya pemimpin baru, dalam usia 40-an, usia merupakan urusan sunnatullah, terhadangnya kesempatan untuk tampilnya pemimpin baru. Kepemimpinan masa depan, semoga masih ada idealisme kebangsaan dan kenegaraan
sebelum menjadi anggota partai, yang cenderung mengutamakan kepentingan partai.

NARA SUMBER (Pengganti)

Anas Urbaningrum, Partai Demokrat
Pemimpin itu penting, kualifikasi politik, acceptibilitas rakyat ketika memimpin berbasis kompetensi, kepribadian dan mendapat basis massa dan diterima oleh publik secara luas. Yang bersangkutan dapat mengoperasikan program-program yang dijalankan yang mennyejahterakan rakyat. Kualifikasi politik dan teknis, bila 10 tahun terakhir. Sistem baru yang belum tertata, proses pembentukan kabinet Presidentil. Penyiapan generasi baru yang berkompetisi dan memiliki kompetensi yg memadai. Seperti Rakyat Amerika, tidak ada lagi isu kemampuan dan ras, sementara di Indonesia isu Militer-Sipil, Jawa-non Jawa, Islam-Kristen, masih menjadi isu utama masalah kepemimpinan. Apakah pemilih di Indonesia bisa memilih tokoh yang kompeten. Potret demografi, kandidat kini sebagian besar Jawa dan ada kandidat non jawa. Regenerasi merupakan sesuatu yang alamiah, umur lebih 35 th boleh mencalonkan jadi Presiden. Yang sering dilupakan orang Obama sudah merintis politik sejak lama, visi dan komitmen yang tajam, mempunyai jaringan dan manajemen yg kuat. Pertarungan yg utama sebenarnya saat perseteruan kandidat Presiden dari Partai Demokrat, Obama dengan Hilary, sementara Pemilu Presiden menghadapi Mc Chain sbg partai tambahan saja.




Rama Pratama, Partai PKS
Tantangan kaum muda, bagaimana Obama, kepemimpinan itu terjangkau. Bila kita melihat di Indonesia, gerakan yg kolektif, tetapi lupa membentuk organisasi dengan kemampuan institusi, institusional kepemimpinan tidak bisa operasional. Konsep kepemimpinan Jawa adalah pemimpin yang bisa menyelesaikan permasalahan mikrokosmos dan makrokosmos. Bagaimana menjamin kaderisasi dan regenerasi yang mapan dari partai-partai politik. Yang menjadi mesin politik yang mempunyai kemampuan instutusi untuk dikendarai dan ditumpangi kader-kadernya.
Kalau mau sukses dalam perjuangan, dalam Islam:
1. Mengumpulkan semangat anak muda.
2. Menampung hikmah kebijakan orang tua.
Pembangunan institusi pemerintah dan partai. Menginstitusionalkan, masalah semangat jaman. Institusi politik.
Tantangan kaum muda:
* Tantangan sistem Pemilu yang belum stabil dan terpercaya.
* Perwujudan institusi partai yang dapat menjadi kendaraan yang nyaman.
* Institusi Pemerintah dan Legislatif yang efesien, terpercaya dan akomodatif.
* Tantangan dari dalam kemandirian dan mental pemuda yang masih meminta petunjuk pada pemerintah yang berkuasa.

Budiman Sudjatmiko, Partai PDIP
Politik Partai Demokrat, akar nasionalis. Cara memilih pemimpin mempunyai tersendiri dalam masyarakat. Di AS memilih 2 partai, di Inggris 2 partai, di Jerman 3 partai, di Indonesia banyak partai dan banyak presiden. Indonesia kecenderungan mencoba untuk toleransi pada platfom sistem yg dibangun, tetapi masalah kepemimpinan, posisi pemimpin, masalah kursi sangat kuat pertentangannya dan sarat kepentingan. Aspek kultural kita yg tidak pas, persoalan mencari pemimpin. Sekarang kita memiliki kader mempunyai jaringan lokal dan internasional. Berbicara kepemimpinan dalam institusi adalah perwujudan etika individu-individu. Keberhasilan pemilu bukan hanya keberhasilan mendapatkan kursi kepemimpinan, tetapi keberhasilan menjalankan program dan usahanya mensejahterakan rakyat lima tahun mendatang, saat pertanggungjawaban.

Prof. Abdul Malik Fajar, Staf Ahli The Habibie Center
Pada Pemilu 1955, ada kepercayaan yang luar biasa, tidak ada pertentangan antar partai, ada kesantunan fatsun politik. Dekrit Presiden 1959 dilatarbelakangi tentara yg tidak menyetujui Pemilu, cenderung Presiden Seumur Hidup. Obama menjadi bahan perenungan, pemilihan langsung sudah meluluh lantakkan sekat-sekat kepemimpinan.
Konsensus founding father, WNI yang beragama Islam sebagai Presiden, sementara yang tercantum di UUD, WNI warga Indonesia Asli. Muda-tua, jawa- non jawa, dan agama adalah isu yang sensitif. Dalam konteks ke depan, kemampuan presiden yang demokratis yangg terbuka. Partai-partai politik saat ini tidak menunjukkan kesempatan ini, tetapi optimis terjadi perubahan. Partai politik harus berani lebih terbuka dan lebih jujur. Pemimpin tempo dulu tidak mengenal money politik, kini suka tidak suka mengenal money politik. Semakin banyak generasi terdidik, generasi tradisional cenderung pewarisan sebagai hambatan tersendiri, di lingkungan masyarakat yang semakin rasional. Generasi baru 2009 tidak banyak yang bisa diharapkan, pada 2014 diharapkan terjadi soft landing. Diharapkan terjadi soft landing pada 2009. Ukuran keberhasilan pemerintahan ini adalah mengantarkan Pemilu 2009 dengan mulus tanpa gejolak sosial.

DISKUSI

Pemimpin yg Obama, transformasi kepemimpinan yang stabil memunculkan anti kemapanan pada konservatif untuk memilih pemimpin yang baru. Waktu AlGore hampir menang tapi Bill Clinton tdk dukung, sehingga AlGore tidak menjadi Persiden. Sekarang ada kecenderungan asal tidak Republik pilih siapapun dari Demokrat.

Pemimpinan pasca 2009 diharapkan, Pemimpin yang bisa memasuki New Emerging Force.

Kepemimpinan yang transaksional, kepemimpinan feodalisme yang menghambat. Ada diskursus dikalangan elite pemerintah, akibat globalisasi Indonesia mengikuti arus demokratisasi, jadi Indonesia secara kecelakaan sejarah menjadi negara demokrasi.

Faktor yg penting adalah karakter pemimpin, 2004. Pemimpin yang dipilih bukan kebutuhan simbolik, pemilih yang kalkukatif rasional, terikat simbol dan sejarah. basis demokrasi yang kuat. Pemilu mendatang menjadi reward dan punishment pemimpin dan kabinetnya. Pemilih memilih dengan pertimbangan yang semakin matang. Peluang untuk menawarkan program-program yg mensejahterakan rakyat bukan menonjolkan platform. Tantangan identifikasi, kepemimpinan transaksional merupakan suatu hal yg tidak dapat terhindar. Biaya untuk publikasi melalui media masa berkisar 1 milyar rupiah, untuk publikasi program dan membangun persepsi masyarakat.

Permasalahan politik di Indonesi, terlalu masalah siapa pemimpinnya, too personal, bukan permasalahan kebijakan tetapi permasalahan personal. Bisa memilih super team, siapa yg menjadi team ekonominya. Kabinet kini, konsep ekonomi dan tim kabinet pelaksana konsep berbeda, banyak menghadapi kesulitan. Paket tim pemimpin mempunyai konsep anggaran yang jelas manajemen anggaran, kontrol dan pengawasannya. Bukan hanya pesona tapi ada super team. Dukungan partai, dan super team membangun institusi yang stabil.

Regenerasi dan dikotomi klaim Kepemimpinan USA, berbeda setiap masa. Eisenhower, sebagai pemenang PD I, membangun AS sebagai pemenang perang dengan ekonomi yang kuat karena tidak menjadi medan peperangan. Kepemimpinan Bush pemenang perang dingin, membentuk AS sebagai polisi dunia. Kini Obama dengan ekonomi dalam negeri yang berat, tekanan pada manufaktur tampak lebih berbenah kedalam dibanding menjadi Polisi Dunia di Irak.

Jumlah partai yang banyak membentuk kecenderungan partai berkoalisi 20% suara, presentasi suara minimal untuk Presiden. Sangat mungkin koalisi menjadi mutlak di tahun 2009. Di DPR Partai power sharing berbasis platform.

Politikal trust menjadi tantangan pemimpin, agenda utama adalah ekonomi, sementara isu pemberantasan korupsi nomor ke tujuh, reformasi birokrasi menjadi keharusan. Walaupun ada feodalisme politik, ada optimisme.