Sunday, May 03, 2009

Tenggang Rasa kepada Penghutang yang Sedang Kesulitan

Asslm.Wr.Wb.

Hidup jaman sekarang tidak lepas dari hutang, kredit pada perbankan.
Kredit kendaraan, rumah, gedung, bahkan kredit pembangunan untuk infrastruktur negara.

Salah satu do`a Rasulullah adalah do`a berlindung dari tekanan utang.
" Ya Allah, aku berlindung pada-Mu dari kemurungan dan kesusahan, aku berlindung pada-Mu dari kemalasan dan aku berlindung pada-Mu dari ketakutan dan kekikiran, aku berlindung pada-Mu dari tekanan utang dan paksaan orang lain."


Tenggang Rasa kepada Penghutang yang Sedang Kesulitan

Selanjutnya, apabila ada kesulitan mengenai utang, jalannya bukan dengan melakukan riba nasiah, yaitu menunda pembayaran dengan imbalan tambahan (bunga), tetapi memberikan tangguh sampai yang berutang mendapatkan kemudahan. Dianjurkan untuk menyedekahkannya bagi siapa yang ingin mendapatkan tambahan kebaikan lebih banyak dan lebih tinggi nilainya.

"Jika (orang yang berutang itu) dalam kesukaran, berilah tangguh sampai dia berkelapangan. Menyedekahkan (sebagian atau semua utang) itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui."(Al Baqarah: 280)

Inilah toleransi segar yang dibawa oleh Islam untuk manusia. Ini adalah naungan yang teduh tempat berlindungnya orang yang letih dikejar egoisme, kekikiran, kerakusan, perebutan, dan pertarungan. Ini adalah rahmat bagi orang yang berutang, orang yang mengutangi, masyarakat, dan melindungi semua.

Kita tahu bahwa kata-kata di atas tidak memberikan pengertian rasional bagi orang-orang yang malang yang hidup dalam lingkungan jahiliyah dan materialisme modern. Rasanya yang manis menjadi tawar dalam perasaan mereka yang keras seperti batu dan dungu. Khususnya dalam perasaan para rentenir buas yang biasanya bersembunyi di pelosok-pelosok bumi mencari mangsa orang-orang melarat dan korban-korban yang ditimpa musibah hingga mereka membutuhkan uang, makanan, pakaian, dan obat-obatan, atau untuk biaya penguburan orang-orang yang meninggal dunia pada suatu waktu. Kemudian, di dunia materialis yang rakus dan kikir ini mereka tidak mendapatkan orang yang mau mengulurkan tangannya yang putih kepada mereka. Karena itu, mereka terpaksa berlindung di bawah cengkraman manusia-manusia buas yang dengan mudahnya menjerat kaki mereka yang sedang diterpa kebutuhan dan kesulitan itu.

Hal itu dilakukan oleh perorangan, rumah-rumah harta, dan bank-bank ribawi. Semua sama saja. Hanya saja orang-orang ini duduk-duduk di kantor-kantor yang megah dan kursi yang nyaman. Sedangkan, dibelakang mereka ada tumpukan teori-teori ekonomi, karangan-karangan ilmiah, guru-guru, sekolah-sekolahan, universitas-universitas, hukum-hukum, undang-undang, polisi, lembaga peradilan, dan tentara. Semua berdiri untuk membenarkan kejahatan mereka dan untuk melindunginya. Serta, menindak siapa saja yang berani menolak membayar bunga riba kepada bendahara mereka dengan mengatasnamakan melindungi undang-undang.



Kita tahu bahwa kalimat-kalimat ini tidak sampai ke lubuk hati mereka. Namun, kita mengetahui bahwa kalimat ini adalah benar, dan kita percaya bahwa kebahagiaan manusia bergantung pada perhatian dan pelaksanaannya, "Jika (orang yang berutang itu) dalam kesukaran, maka berilah tangguh sampai dia berkelapangan. Menyedekahkan (sebagian atau semua utang) itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui."

Sesungguhnya, orang yang kesulitan membayar utang-di dalam Islam-tidak perlu dikejar oleh pemberi utang, undang-undang, atau lembaga peradilan. Tetapi, ia ditunggu hingga mendapatkan kemudahan. Kemudian, masyarakat muslim tidak boleh membiarkan orang yang kesulitan dan menanggung utang ini.

Allah menyerukan kepada pemberi utang agar bersedekah dengan piutangnya jika ia mau melakukan kebaikan ini dengan sukarela. Perbuatan ini baik bagi diri pemberi utang itu dan bagi yang berutang. Hal ini juga baik bagi seluruh masyarakat dan kehidupannya yang bergotong-royong, jika ia mengetahui apa yang diberitahukan Allah kepadanya mengenai hakikat masalah ini.

Hal itu disebabkan pembatalan riba akan kehilangan sebagian besar hikmahnya bila orang yang memberikan utang merasa senang dengan kesulitan orang yang berutang dan mempersempitnya. Sedangkan, yang berhutang memang sudah dalam kesulitan dan belum dapat membayar utangnya. Maka, perintah memberi tangguh ini dikemukakan dalam redaksi syarat dan jawab. Sehingga yang berutang mendapatkan kemudahan dan mampu membayar utangnya. Di samping itu, Al Quran merayu mereka untuk menyedekahkan semua atau sebagian piutangnya ketika yang berutang mengalami kesulitan.

Sementara, nash-nash lain memberikan hak kepada orang yang berutang yang dalam kesulitan ini untuk mendapatkan bagian zakat untuk membayar utangnya dan memudahkan kehidupannya.

"Sesungguhnya zakat-zakat itu hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mualaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang berutang, untuk jalan Allah, dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan." (At Taubah:60)

"Al gharimin" adalah orang-orang yang mempunyai utang, yang tidak menggunakan utang itu untuk menuruti hawa nafsu dan menghamburkan harta. Tetapi, mereka mempergunakannya untuk sesuatu yang baik dan bersih, kemudian mereka ditimpa keadaan.

Lalu datanglah penjelasan yang sangat dalam pengarahannya, yang menggetarkan hati orang-orang yang beriman dan menjadikannya berangan-angan alangkah senangnya kalu mereka terlepas dari seluruh utang kemudian selamat dari azab Allah pada hari perhitungan (kiamat).

"Peliharalah dirimu dari azab (yang terjadi pada) hari yang pada waktu itu kamu semua dikembalikan kepada Allah. Kemudian masing-masing diri diberi balasan yang sempurna terhadap apa yang telah dikerjakannya sedang mereka sedikitpun tidak dianiaya (dirugikan)." (Al Baqarah:281)

Hari saat mereka dikembalikan kepada Allah kemudian masing-masing jiwa diberi balasan terhadap apa yang telah dikerjakannya, adalah hari yang sangat sulit.
Dalam kalbu seorang mukmin hari itu adalah sebuah kenyataan yang pasti terjadi, pemandangan hadir didalam hati orang beriman, menakutkan dan mengerikan. Berdiri di hadapan Allah pada hari itu adalah suatu hal yang menakutkan, yang mengguncangkan keberadaannya.

Ini adalah keterangan yang sangat relevan dengan nuansa muamalah, nuansa pemberian dan penerimaan, nuansa usaha dan pembalasan. Ini merupakan penjernihan besar terhadap perjalanan masa lampau dengan segala yang terjadi di dalamnya. Maka, alangkah tepat hati seorang mukmin merasa takut dan menjaga diri.

Sesungguhnya, "takwa" merupakan penjaga yang bersembunyi di dalam lubuk hati. Ia dipasang oleh Islam di sana sehingga hati tidak dapat lari darinya karena ia berada di lubuk yang amat dalam.

Sesungguhnya, ia adalah Islam, nizham 'sistem yang kuat', pemikiran yang segar, dan menjadi kenyataan di muka bumi. Ia adalah rahmat Allah kepada manusia, penghormatan Tuhan kepada insan, dan kebaikan yang sangat diperlukan oleh kemanusiaan, tetapi dihalang-halangi oleh musuh-musuh Allah dan musuh-musuh manusia.

Wallahu Alam B. Wass.Wr.Wb.

Disalin dari Tafsir Di Bawah Naungan AlQuran
Juz III, Bagian Akhir Al Baqarah, hal 291-293
Tafsir Fi Zhilalil Qur`an, Jilid 2 (Surat Al Baqarah 189-286),
Syahid Sayyid Quthb,
Gema Insani Press 2000

Mengingat Pandemic Flu babi dari Mexico City ke global, teringat penaklukan kerajaan Aztec (Mexico lama) oleh Spaniard Hernan Cortez, 1519 M. Menghancurkan dan membunuh kaum Indian untuk mengumpulkan emas. Emas urung didapat, yang terjadi banjir darah dan rusaknya pertanian sistem danau Bangsa Aztec. Kebiadaban manusia atas manusia di masa lalu.

No comments: