Ass.Wr.Wb.
Harga minyak dunia menaik lagi $ 93/ barrel [www.metrotvnews.com, 311007]. Kenaikan harga minyak lebih ditentukan karena kebutuhan negara Eropa dan Amerika bagian utara yang memerlukan cadangan bahan bakar untuk menyambut datangnya musim dingin November-Februari. Sementara DKI Jakarta menghadapi bencana reguler banjir terutama Jakarta Utara dan Barat.
Garuda Indonesia menaikan tarifnya Rp. 100.000,00 untuk menghadapi lonjakan harga minyak ini.
Harga ini untuk mengimbangi biaya yang harus dikeluarkan untuk membeli bahan bakar di bandar udara di luar negeri.
Demikian goncangan eksternal terhadap Pemerintahan baru 5 tahun ini. Semenjak naiknya pemerintah baru hingga datangnya Presiden Palestina, Machmoud Abbas dan ditandatangani nota kesepahaman mencakup dukungan Indonesia pada kemerdekaan Palestina.
Ada pertanyaan yang selalu menggelitik untuk dijawab. Mengapa Negara kita belum juga keluar dari krisis ekonomi 1998? Sementara Thailand dan Malaysia sudah menggeliat perekonomiannya, Thailand maju pada Agroindustrinya dan Malaysia maju di bidang Teknologi Informasi.
Kenaikan Minyak Bumi dunia yang diikuti dengan kenaikan BBM menyebabkan pemerataan kemiskinan di daerah karena semua roda ekonomi membutuhkan penggerak mula berbahan bakar minyak, selain penggerak mula nasi.
Serangan utama ditujukan pada sistem perbankan, sistem pemompaan ekonomi hingga distribusinya ke daerah-daerah hingga sirkulasinya kembali ke jantung (pusat). Sistem keuangan berbasis bunga, riba menjadikan prosentase sebagai basis perhitungan dan pembagian keuntungan. Prosentase berlaku pula bagi umat islam membayar zakat 2,5% dari penghasilannya dan umat kristiani wajib membayar zakat 10% dari penghasilannya (perpuluh sebesar 10%). Sistem bunga tidak produktif karena dananya disimpan dalam deposito Bank, simpanan yang aman dan tidak beresiko. Namun peredaran uang tidak merata dari pusat ke pusat demikian cepatnya, tidak terdistribusi ke daerah dengan baik.
Sistem Riba dilarang oleh tiga agama, Agama Islam, Kristen dan Yahudi. Jadi umat beragama apa yang mana menggerakkan ekonomi riba dari berbagai pojok Dunia (New York, London, Singapura yang kini sudah real time dan online kemudian mendapatkan profit keuntungan dari ekonomi riba ? Sementara umat beragama dari ketiga agama (Agama Tauhid, mengakui Tuhan Yang Maha Esa, monotheis) plus agama dunia lainnya sebagai nasabah dan krediturnya. Kini Minyak, Dolar, Bunga Riba menjadi bagian ekonomi dunia untuk transaksi dan energi.
Uang yang dicetak negara dan didistribusikan melalui sistem perbankan untuk kesejahteraan rakyat tidak berjalan baik. Penanaman uang ke modal, lebih banyak disimpan dalam bentuk deposito atau SBI. Penanaman pada modal lancar dan modal asset tetap, tidak dapat berjalan baik karena keterbatasan waktu pengembalian pertahun. Bila dilakukan 3-5 tahun mungkin lebih melegakan para peminjam kredit usaha.
Meminjam merupakan hal yang sangat mengganggu pikiran dan tenaga. Hadist nabi, " Peminjam di siang hari tertunduk dan di malam hari terhina". Sedemikian berat beban yang dihadapi seorang peminjam uang atau kredit. Meminjam hanya senang di pagi hari, ketika kita menerima uang pinjaman dan membelanjakannya, namun menghadapi konsekuensi ketika membayar hutang dan waktu yang semakin dekat pembayaran menguras pikiran. Perlu selektif dan berhati-hati bila berhutang pada pihak lain diluar keluarga. Seorang penghutang yang tidak dijamin keluarga tidak boleh disolati ketika meninggal. Di dunia menderita, ketika akan masuk liang kubur tersiksa. Belum pula shalatnya di hisab sudah demikikan menderita.
Bila kita menengok negara Jerman, Negara Manufaktur yang pernah hancur saat Perang Dunia II karena masalah penguasaan perbankan oleh segelintir pemegang modal, dan menjadikan manusia menjadi baut-baut industri yang tidak manusiawi. Kegerahan pekerja industri yang memiliki otot kuat badan besi dengan mudah dimanfaatkan Nazi untuk bangkit mengangkat martabat pekerja industri. Mereka membangun peralatan industri dari pendukung rumah tangga, mesin percetakan, mesin tekstil, alat transportasi darat laut dan udara, membuat mobil komando dan mobil keluarga volks wagen, mobil rakyat.
Sesudah hancur dikerubuti sekutu, mereka mulai merangkak bangkit. Sistem pembiayaan manufakturing bermula jangka pendek 1-2 tahun saja. Sistem jangka pendek ini menyulitkan pelaku industri dan tidak dapat menjalankan produk hingga pemasaran karena terpaut 2 tahun. Bila seluruh perangkat industri yang disusun berdasaran standar tertentu, melalui inspeksi quality assurance lalu dirakit menjadi barang modal, alat produksi. Seluruh modal dari kreditur telah berubah menjadi alat produksi yang menunggu adanya pembeli. Rentang waktu pengembalian kredit akhirnya dievaluasi dan diberikan kesempatan pemasaran hingga 3 tahun. Hingga total 5 tahun waktu pengembalian kredit untuk pengembangan usaha. Evaluasi ini berhasil membangun industri manufaktur di Jerman kembali bangkit. Saat ini Jerman menjadi negara manufaktur yang kuat. Ada pameo bila ingin masuk Pasar Eropa, masuk lebih dahulu pada Pemasaran Siemens. Transportasi darat mobil mewah dan produksi yang kuat buatan Jerman, Mercedes Benz, sementara Porsce, BMW, Audi, Volkswagen telah menjadi merek dunia.
Kembali ke Perbankan Nasional. Total utang yang dipinjam semenjak orde baru berkisar 1000-1200 triliun rupiah. Pembangunan telah berjalan, kini hutang siap untuk dibayar. Hutang ini memberatkan perekonomian dan membakar kesempatan berkembang (burn on debt). Seperti hutan kita yang merupakan asset puluhan tahun dikembangkan alam lalu, terbakar begitu saja tanpa bisa kita antisipasi dengan baik tiap tahun. Bahkan memilukan daerah dan memalukan pada negara tetangga hasil ekspor asap yang ditimbulkan.
Kita bandingkan permulaan orde baru 1970 ketika ekonomi baru mulai, Begawan Ekonomi, Soemitro Djoyohadikusumo, dipanggil Presiden Soeharto dari Malaysia untuk mengurangi kegerahan ekonomi karena inflasi.
Tahun 1970 emas Rp. 1.000,00 per gram
Tahun 2006 emas Rp. 170.000,00 per gram
Inflasi (terhadap uang emas) 1970-2006 telah mencapai 17.000% atau 15% pertahun.
Harga Emas Mencapai 170.000 per gram 25/01/06
http://www.kompas.com/kompas-cetak/0601/25/ekonomi/2390383.htm
Gold 230.200 IDR 31/10/07
http://www.logammulia.com/
Inflasi terhadap emas mencapai 17.000% dibandingkan tahun 1970. Inflasi terhadap barang-barang konsumsi dan produksi dapat kita bandingkan terhadap emas. Inflasi terhadap emas bila dirata-ratakan 15% selama 37 tahun.
Dinar merupakan uang emas yang berlaku sejak jaman Romawi, Dirham adalah uang perak yang berlaku sejak jaman Persia. Dari tahun 0 masehi telah berlaku uang emas, tahun 600 masehi hingga 1900 saat kejayaan Daulah Islam di Timur Tengah hingga Turki Osmani menggunakan uang emas dan perak untuk transaksi. Uang Emas telah digunakan selama 19 Abad. Kini kita gunakan uang kertas bahkan plastik. Uang kertas dikenal dengan uang fiat, uang berdasarkan kebijakan pemerintah. Media transaksi ini lebih mempermudah hidup namun digerogoti oleh inflasi. Inflasi bisa terjadi karena pencetakan uang yang berlebihan dan pemalsuan uang palsu, cara paling mudah eksternal menggoyang ekonomi moneter. Penyediaan emas sebagai penyangga uang fiat, uang kertas merupakan pilihan yang terbaik di abad 20 ini berkaca sekitar 19 abad berlakunya uang emas.
Kemakmuran tidak tercipta dengan banyaknya uang yang dicetak oleh pemerintah melalui Peruri dengan pengawasan Bank Indonesia. Tampaknya perlu dipertimbangkan penyimpanan emas disamping devisa euro dan dolar. Bersiap membeli minyak dan barang produksi menggunakan dinar UAE dan ringgit Malaysia. Potensi pertambangan emas PT Aneka Tambang dikelola dengan baik bahkan dieksplorasi daerah yang menguntungkan untuk meningkatkan asset emas sebagai penyangga rupiah.
Pembangunan telah berjalan, jalan telah terbentang, listrik mulai menyala di pedesaan, telepon bahkan internet mulai masuk ke pedesaan. Modal besar telah dibuat, kita tinggal memelihara dan operasikan yang sudah ada. Dengan litbang dan perguruan tinggi yang sudah banyak di Ibukota Propinsi, pengembangan dan pembangunan infrastruktur dilaksanakan seiring pertumbuhan penduduk 1,4% pertahun.
Wallahu Alam Bisshawab.
Wass.Wr.Wb
No comments:
Post a Comment